Selasa, 01 November 2011

Penjelajahan Alam Bebas

Menembus Perut Gunung Birah Panyang
Pegunungan Bukit Barisan (BB) di Pulau Sumatera adalah surga bagi para petualang yang suka bermain-main dengan banyak kesulitan dan tantangan, sekaligus keindahan alam liar tropis dan ilmu pengetahuan. Tapi yang tak kalah serunya dalah berbagai cerita mitos tentang proses terbentuknya keajaiban-keajaiban bentuk alam di sini. Kali ini, saya membawa Anda ke gua-gua yang terdapat pada kaki-kaki pegunungan dataran tinggi Gayo, Takengon, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Dari sekian banyak gua, Gua Loyang Koro adalah salah satunya. Lubang alami yang cukup besar di kaki Gunung Birah Panyang ini terjadi secara alami. Gua ini telah melegenda di Kabupaten Aceh Tengah, bahkan menyumbangkan banyak cerita dan tradisi mengenai kehidupan masa lalu masyarakat Gayo. Nama Loyang Koro berasal dari bahasa Gayo, yang berarti “lubang kerbau”. Penamaan ini dibuat berdasarkan kisah gua tersebut yang konon pada zaman dahulu sering digunakan para penggembala ternak sebagai jalan penghubung antara Desa Toweren menuju Desa Isak yang berjarak 35 km. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari pengelola gua, beginilah kisahnya:

Pintu masuk Gua Loyang Koro
Pintu masuk Gua Loyang Koro
Pada zaman dahulu kala, terdapat sekelompok masyarakat yang hidup di desa bernama Toweren di dataran tinggi Gayo. Mereka hidup dengan penuh berkat dan anugerah, di mana masyarakat desa pada umumnya hidup dengan pertanian seperti bersawah dan beternak. Jenis ternak masyarakat pada umumnya adalah kerbau karena sangat diperlukan untuk membajak sawah di samping sebagai penarik gerobak dan komoditas yang dijual ke daerah lain. Anak-anak muda desa biasanya lebih senang menggembalakan kerbau di sekitar persawahan, karena hewan ternaknya bisa mandi, berkubang dan makan dari rumput segar di sawah. Tetapi apabila musim tanam hingga panen padi tiba, maka anak-anak muda tersebut harus pergi merantau ke desa lain untuk menggembalakan ternak. Setelah musim panen usai, barulah mereka kembali dari desa seberang yang bernama Desa Isak.
Caver Pemula, mahasiswa Biologi FMIPA USU

Waktupun terus berjalan. Selama bertahun-tahun mereka selalu nyaman membawa ternaknya menuju Desa Isak sebagai tempat merumput yang sesuai untuk kerbau. Namun pada abad ke-18, para penggembala selalu risau dengan adanya gerombolan Aceh pesisir yang suka mencuri kerbau para penggembala. Di samping itu ternak mereka juga bisa mati dengan tiba-tiba di tengah perjalanan akibat perbuatan mistis maupun diserang binatang buas.
Akibatnya penggembala selalu merugi, sehingga mereka mencari jalan baru untuk beternak kerbau di desa lain. Hingga pada suatu saat, mereka menyusuri sebuah gua di kaki Gunung Birah Panyang yang ternyata dapat digunakan sebagai jalan potong menuju Desa Isak yang jaraknya 35 km dari Toweren.  Alkisah gua ini menjadi jalan bagi para penggembala untuk menggembalakan ternaknya ke Desa Isak. Konon, di pertengahan jalur gua ini  juga terdapat rawa dan lubang yang tembus ke permukaan bumi yang bisa memberi cahaya di siang hari.

Pengunjung menuju Gua Loyang Koro
Pengunjung menuju Gua Loyang Koro
Selain bisa mengetahui lebih lengkapnya sejarah gua yang melegenda ini, para pengunjung juga akan selalu terkesima akan keindahan alam di depan gua. Letak gua ini yang tepat ditepian danau Lut Tawar yang memberikan pemandangan istimewa bagi para pengunjungnya. Danau lut tawar dan barisan bukit-bukit yang mengelilinginya juga memiliki keaneka ragaman flora dan fauna yang tidak kalah menarik untuk dipelajari. Belum lagi, penerapan Speleologi yaitu ilmu yang mempelajari gua, seperti proses pembentukan (speleogenesis), struktur batuan (Geologi), fisik, sejarah, pemetaan (maping) hingga aspek biologi berupa flora dan fauna (biospeleologi) di dalam Gua loyang koro buat para caver mania.
Perut bumi di Sumatera merupakan tempat yang jarang dikunjungi oleh orang awam, kecuali sekelumit kecil komunitas Caver yang selalu bangga menjelajahi keindahan dan tantangan baru dalam gua. Disamping untuk belajar, anda mungkin masih tetap bertanya akan kegilaan team caver ini; apasih yang dicari dari kegiatan penelusuran gua ini?. Pertanyaan itu akan mudah terjawab oleh sebaris catatan milik almarhum Norman Edwin. Pioner penelusuran gua modern dan adventure yang membawa nama Indonesia ke tingkat internasional yang menulis , “adalah suatu kepuasan tersendiri bagi seorang penelusur gua bila lampu yang dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan pemandangan menakjubkan di bawah tanah”. Sekarang giliran saya mau bertanya kepada anda: Apakah gua Loyang Koro masih tetap menembus perut gunung Birah Panyang?. (par)</span

Tidak ada komentar:

Posting Komentar